Jumat, 17 April 2015

FAQ no.4

Dear my bro, perpuluhan itu wajib nggak?
Kalo misal gw bergereja di A tapi gw bayar perpuluhan di B, karena mungkin di B lebih membutuhkan dan mungkin lebih sering membantu dalam doa dan mendengar beberapa permasalahan yang bersangkutan, itu gimana menurut lu?

maXXXXXXXhi@yahoo.com/17 April 2015

Jawabannya tergantung definisi “persepuluhan” yang bro maksudkan. Jika “persepuluhan” yang bro maksud adalah praktek yang dilakukan umat Israel di masa Perjanjian Lama (PL), maka jawabannya TIDAK.

Karena kekristenan tidak lagi hidup di bawah Hukum Taurat, maka apa yang diperintahkan Allah kepada bangsa Israel saat itu melalui hukum Taurat, hanya diperuntukkan bagi bangsa Israel pada masa itu.

Kita harus memahami pewahyuan Alkitab didasari prinsip progressive revelation, bahwa penjelasan Firman dimulai dari PL yang sederhana hingga semakin jelas dan detail di Perjanjian Baru (PB), sehingga kita harus memahami konteks suatu wahyu/perintah diberikan.



Dalam PB, jabatan imam dan konsep rumah Tuhan sudah berubah, yang tentu saja diikuti perubahan pada sistem korban dan persembahan juga. Jadi, persepuluhan, yang menjadi bagian dari sistem korban dan persembahan, yang dikaitkan dengan jabatan keimaman dalam PL juga otomatis berubah dan tidak berlaku lagi.


Tidak ada perintah spesifik kepada orang Kristen untuk menjalankan sistim persepuluhan yang legalistik dalam PB.

Paulus hanya menyatakan bahwa orang percaya sepatutnya menyisihkan sebagian dari penghasilan mereka untuk mendukung gereja. Persentase penghasilan yang harus disisihkan juga tidak ditetapkan, tapi hanya didasari prinsip kerelaan hati dengan mengatakan, “sesuai dengan apa yang kamu peroleh” (1 Korintus 16: 1-2)

Jika “persepuluhan” yang bro maksud adalah praktek cinta kasih yang menjadi respon dari kasih karunia yang diterima seseorang, maka jawabannya YA.

Yesus sendiri tidak melarang praktik pemungutan persepuluhan pada zaman-Nya, tetapi menyoroti soal motivasi seseorang membayar persepuluhan.
Matius 23:23 -Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.


Yesus tidak melarang, tapi juga tidak pernah menekankan perihal persepuluhan ini bagi pengikutNya. Ia tidak pernah menegur seseorang karena tidak membayar persepuluhan, tapi justru menegur kemunafikan kaum Farisi yang tekun membayar persepuluhan, namun tidak melakukan keadilan dan belas kasihan.

Apa-apa yang sifatnya cuma ritual dan formalitas tidak pernah berkenan bagi Allah.

Orang Kristen tidak perlu merasa wajib memberi persepuluhan kepada gereja di mana ia berjemaat. Namun jika ia hendak memberi kepada orang-orang yang terlibat dalam pekerjaan Kerajaan Allah, termasuk gereja di mana ia berjemaat, harus dengan sikap hati yang didasari “kerelaan hatinya, tidak dengan sedih hati atau karena paksaan, namun dengan sukacita” (2 Korintus 9:7).


Di bawah definisi kasih karunia, ini bahkan berarti bisa memberi lebih dari persepuluhan penghasilannya! Ada seorang pengusaha nasional yang konon setiap bulannya mengembalikan 90% pemasukannya untuk kepentingan Kerajaan Allah. Selama ia rela dan bersukacita melakukannya, demi memuliakan Allah, maka itu adalah hal yang baik untuk dilakukan.

Dalam PB, bukan besaran “persepuluhan”-nya yang disorot, tapi motivasi dan sikap hatinya.

Konsep persembahan dalam PB menekankan pada aspek ‘WHY-nya, jika dibandingkan dengan PL yang tampaknya lebih menekankan pada “WHAT dan HOW-nya (hukum dan peraturan).

Beberapa "WHY" dalam PB yang ditekankan ketika seseorang memberi persembahan: 

Pertama, persembahan diberikan dengan kesadaran bahwa segala sesuatu diperoleh dari, oleh dan kepada Dia.

Ketika memberi persembahan, ia harus dilandasi kesadaran bahwa semua yang ada di dunia ini adalah milik Tuhan, yang dipercayakan kepada manusia.


Motivasi yang dipaparkan dalam Roma 11:36-12:1 ini jauh-jauh hari telah dimengerti dan dijalankan oleh Ayub. 


Roma 11:36 - 12:1 - Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! 

Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. 


PB tidak pernah menekankan berapa persen persembahan karena yang terpenting bagi Allah adalah ada/tidaknya semangat dan kesadaran atas anugerah Tuhan. Jika ada, maka biasanya ia rela mempersembahkan seluruh tubuhnya sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepadaNya.

Kedua, Roma 11:36-12:1 merupakan salah satu aspek yang membedakan PL dan PB.

Menurut PL, persembahan diwujudkan dalam bentuk binatang yang dikorbankan.

Ketika berada dalam ikatan dosa, manusia harus binasa dan tidak mampu berbuat sesuatu karena telah menjadi budak dosa. Setelah korban dosa ditebus oleh Kristus dengan kematianNya di kayu salib, maka orang Kristen dapat melakukan persembahan sejati yaitu tubuhnya sendiri yang telah diperbaharui, sebagai persembahan yang hidup dan lambang pengabdian hidup kepadaNya.

Itulah mengapa Allah menghendaki hanya orang yang sudah ditebus dan "hidup" (secara spiritual) yang memberikan persembahan. 

Ketiga, Alkitab mengajarkan bahwa persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Tuhan merupakan ibadah sejati (the true worship).

Ibadah sejati mencakup seluruh totalitas hidup dan keberadaan manusia. Persembahan menjadi tanda penundukkan dan penyerahan diri total orang Kristen kepada Allah.

Ritual korban dan persembahan di PL otomatis telah dihapuskan melalui karya penebusan Yesus. Korban dan persembahan di PL kini berubah menjadi korban dan persembahan yang bersifat batin dalam bentuk keadilan, kesetiaan dan belas kasihan.

Karena itu, perlu digarisbawahi persembahan orang Kristen bukan lagi dalam bentuk persepuluhan seperti jaman PL, tetapi hendaknya merupakan buah kasih yang keluar dari hati yang dibenarkan Allah.

Mereka yang telah beriman dan bertobat otomatis akan hidup mengasihi sesamanya dengan harta mereka (Kis 2:44-45; 4:34-35; Mat 35:31-46; Luk 18:22).

Dengan sendirinya, tanpa perlu diminta dan disuruh-suruh, timbul kebutuhan untuk memberi persembahan, sesuai dengan yang mereka diperoleh, untuk para pelayan dan pekerjaan Allah (1 Kor 16:1-2; Galatia 6:6).

Kebanyakan gereja yang menekankan praktik persepuluhan PL kepada jemaatnya biasanya adalah gereja-geraja yang melandaskan ajarannya pada Teologi Kemakmuran. Satu kesamaan dari gereja-gereja ini adalah gembalanya biasa yang makmur duluan, ketimbang jemaatnya.

Cyprian/Kuprianus (200-258) adalah orang Kristen pertama yang menulis tentang praktek dukungan keuangan terhadap kaum clergy (kependetaan). Dia berargumentasi bahwa karena imam dari suku Lewi dihidupi oleh persepuluhan, maka kaum clergy harus diperlakukan ibarat suku Lewi di jaman PL.

Selain Kuprianus, tidak ada penulis Kristen sebelum Constantine yang pernah menggunakan PL sebagai referensi untuk menyokong pandangan persepuluhan. Hal tersebut tidak ditemukan sampai pada abad keempat. 


Kira-kira 300 tahun setelah karya salib Kristus, beberapa pemimpin Kristen mulai mendukung pandangan mengenai persepuluhan sebagai sebuah praktek Kekristenan untuk mendukung kaum clergy, tetapi ini pun tidak tersebar luas di antara orang-orang Kristen sampai abad kedelapan.

Gereja Katolik Roma, Ortodoks, dan mainstream Protestan tidak mewajibkan persembahan persepuluhan di masa sekarang ini. Baru semenjak adanya gerakan "Pentakosta-Karismatik", yang mulai mendunia sekitar tahun 1960an, praktek pungutan "persepuluhan wajib" mulai kembali didengungkan dan diterapkan di sebagian besar gereja-gereja dari denominasi ini.  


Gereja pengajar teologi kemakmuran biasa mewajibkan persepuluhan berdasarkan ayat 'berilah, maka kamu akan diberi' (Luk 6:38), dengan mengacu pada janji Allah di Maleakhi bagi mereka yang membayarkan persepuluhan di jaman PL.

Maleakhi 3:10 Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.


Penafsiran demikian jelas keliru, karena motivasi untuk memberi persembahan hendaknya tidak dalam rangka mengharapkan berkat dari Allah. 

Apalagi, yang diwajibkan cuma mengenai nominal persepuluhan, tidak termasuk tata cara pelaksanaannya.

Galatia 5:2-3 "Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu. Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat."

Walau Paulus di sini sedang membahas soal praktik  "sunat", tapi kita bisa memahaminya sebagai satu simbol. Bahwa jika terkait keinginan mengikatkan diri terhadap apa yang ada di hukum Taurat, baik soal "sunat" maupun "persepuluhan" harus didasari satu prinsip: kalau mau diterapkan, sebagai konsekuensinya, harus "seluruh" aspek yang terkait diterapkan, bukan "sebagian" hukum Taurat saja.

Dalam hal persepuluhan ini, mengapa cuma nominal 10%-nya saja yang diwajibkan? Mengapa tata cara dan detail lainnya terkait persepuluhan ini tidak diwajibkan, bahkan sekedar disinggung? 



Kebenaran Alkitab cuma disampaikan 
setengahnya untuk memuluskan agenda pribadi guru-guru palsu ini. Sesuatu yang tadinya benar jika cuma disampaikan setengahnya, apakah ia masih bisa dianggap kebenaran?

Karena kebenaran semu yang mereka ajarkan, maka seringkali yang tidak wajib diwajibkan (persepuluhan mis.), dan yang tidak utama diutamakan (berbahasa Roh mis.).

Beberapa pendeta besar yang mengajarkan kebenaran-yang-setengah ini antara lain: Benny Hinn, David Yonggi Cho, Joel Osteen, dan Kong Hee (City Harvest Church).

Persembahan di PB tidak dalam rangka mengharapkan Allah membuka tingkap-tingkap langit baginya, tetapi lebih merupakan buah yang keluar dari hati yang telah diperbaharui; yang diberikan dengan didasari kerelaan dan sukacita

Bolehkah umat Kristen memberikan persembahan persepuluhan kalau begitu? Tidak ada larangan bagi mereka yang ingin menyisihkan penghasilannya secara teratur bila itu dilakukan sebagai ungkapan buah kasih dari iman yang bersyukur.

Namun, bila umat Kristen, yang hidup dalam iman dan anugerah Allah, masih melakukan persembahan persepuluhan menurut tata cara Yahudi di jaman PL sebagai kewajiban Taurat, apalagi disertai motivasi supaya tingkap-tingkap langit terbuka agar mendatangkan berkat kelimpahan baginya, jelas ia telah melecehkan arti penebusan darah Yesus di kayu salib. 

Seakan-akan, karya penebusan Yesus belum tuntas dan harus ditambahi dengan usaha baik manusia untuk bisa diselamatkan.  

Tidak jarang juga kemudian menimbulkan sikap hati yang salah. Hanya karena merasa dirinya sudah memberi persembahan "persepuluhan", Allah kemudian diperlakukan bagai jin di lampu Aladdin yang bisa diperintah mengabulkan doanya, yang dipanjatkan menurut hawa nafsu duniawinya.



Referensi:

http://www.gotquestions.org/Indonesia/Kristen-perpuluhan.html#ixzz3XYvPFLZD
http://www.sarapanpagi.org/persepuluhan-vt315.html
http://www.tanyaalkitab.com/2012/12/persepuluhan-untuk-tuhan.html
http://www.sarapanpagi.org/613-mitsvot-vt218.html#p432
http://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/2001/20011028.htm
http://en.wikipedia.org/wiki/Cyprian
https://www.youtube.com/watch?v=dTfA99y1tEs
http://youtu.be/5nQddoWkb5M
http://youtu.be/vAafZ_5Uu_M
http://youtu.be/Ors40kv4wt4
http://youtu.be/U2BU_CQWAno
http://youtu.be/xOWwQsLXtgQ

 


Rabu, 15 April 2015

FAQ no.3

T: Apa yang dilakukan Yesus semasa anak-anak, remaja, dan dewasa sebelum Dia muncul untuk dibaptis dan memulai pelayanannya?
-biXXXXXXng@yahoo.com/ 9 April 2015



Alkitab tidak menuliskan masa kecil Yesus secara rinci. Yang diwahyukan Allah hanya terkait fase kehidupan Yesus ketika:

- Ia dilahirkan (Matius 1:18-25; Lukas 2:1-7), 
- Ia disunat pada usia 8 hari dan diserahkan di Bait   Allah (Lukas 2:21-40), 
- Kemunculan-Nya kembali di Bait Allah yang sama pada umur 12 tahun (Lukas 2:41-52), dan 
- Memulai pekerjaan-Nya setelah dibaptis oleh Yohanes Pembaptis 

Lukas 3:23 - Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli,


Walau tidak diwahyukan, masa kecil sampai dengan dewasa Yesus, dari beberapa tafsir ayat Alkitab dan melalui pendekatan sosiologis dan antrologis, bisa dipahami sebagai berikut.


Alkitab mengindikasikan bahwa sejak kecil hingga berusia 30 tahun, Yesus tinggal di Nazaret.

Lukas 2:51 - Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.


Menurut hukum Yahudi, usia seorang anak digolongkan dalam 8 tahapan:

1) YELED, "usia bayi";
2) YONEK, "usia menyusu";
3) OLEL, "lebih tua lagi dari menyusu";
4) GEMUL, "usia disapih";
5) TAPH, "usia mulai berjalan";
6) ULEM, "anak-anak";
7) NA'AR, "mulai tumbuh remaja"; dan
8) BAHAR, "usia remaja".


Tiga tahapan usia Yesus ketika kanak-kanak yang diwahyukan di dalam Alkitab, yaitu ketika Ia:
-bayi (YELED),
-disapih (GEMUL),
-dan ketika remaja (BAHAR, 12 tahun) sewaktu Yesus diajak Yusuf dan Maria ke Yerusalem.


Usia 12 tahun, dalam tradisi Yahudi jaman Yesus, begitu penting karena seorang anak laki-laki Yahudi harus melakukan upacara yang disebut bar mitsvah (anak Hukum). Ia dianggap sudah dewasa dan bertanggungjawab menjalankan Taurat, termasuk konsekuensi yang akan diterimanya jika tidak menjalankan Taurat dengan baik.


Menurut literatur Yahudi abad pertengahan, Sepher Gilgulim, semua anak Yahudi sejak usia 12 tahun mulai menerima ruah (roh hikmat), dan ketika berusia 20 tahun ditambahkan kepadanya nishama (reasonable soul).


Saat memasuki usia 20 tahun, bagi mereka yang mau melanjutkan studi theologi bisa melanjutkan di sekolah pendidikan keimaman/ pengajar Taurat yang lazim disebut bet midrash


Pendidikan imam Yahudi berlangsung kurang lebih 10 tahun. Mulai dari jabatan imam pendamping, imam muda, hingga imam kepala.


Tahapan pendidikan Yahudi untuk menjadi seorang Imam melalui tahapan sebagai berikut:
- miqra (membaca Taurat) mulai usia 5 tahun,
- mishna mulai usia 10 tahun, 
- talmud  pada usia 13 tahun (zaman Yesus 12 tahun);
- midrash (madarasah) pada usia 20 tahun,
- dan baru di usia 30 tahun diperbolehkan mengajar di depan umum.


Melalui pendekatan sosiologis dan antropologis, bisa dipahami bahwa Yesus ketika berumur 12-19 tahun menempuh pendidikan umum; sebagaimana anak Yahudi lainnya.


Sementara untuk periode usia 20-30 tahun, dari ayat-ayat di Injil, ada dua tafsir utama mengenai aktivitas Yesus. Tafsir pertama, Yesus kemungkinan besar menempuh pendidikan imam.


3 fakta yang melandasi tafsir ini:
1.Jenjang pendidikan imam Yahudi selama 10 tahun (usia 20-30 tahun).


2. Para alumni sekolah imam itu biasanya dipanggil: Rabi atau Guru.


Sebutan ini khas karena menunjukkan suatu jabatan. Tidak semua orang bisa dipanggil Rabi atau Guru, kecuali mereka yang pernah menempuh studi theologi di sekolah imam tersebut.


Banyak bukti di Alkitab yang juga membuktikan Yesus dipanggil Rabi atau Guru oleh masyarakat Yahudi saat itu. Bahkan ahli Taurat dan kaum Farisi pun memanggilNya dengan predikat Rabi.

Yohanes 8:3-4 Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.
Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.


3. Tidak semua orang punya hak mengajar di Bait Suci.


Hanya mereka yang punya latar belakang pendidikan keimaman dan Taurat yang boleh mengajar di Bait Suci.  Besar kemungkinan karena Yesus mempunyai jabatan "Rabi", maka Ia bisa mengajar di Bait Suci.

Yohanes 8:2 - Pagi-pagi benar Yesus berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka


Tafsir kedua menganggap Yesus menjadi tukang kayu selama periode ini. Setidaknya ada dua ayat yang membuat tafsir ini cukup kuat untuk dijadikan rujukan.

Markus 6:3 - Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.


Yohanes 7:15 - Maka heranlah orang-orang Yahudi dan berkata: "Bagaimanakah orang ini mempunyai pengetahuan demikian tanpa belajar!"

Dua ayat ini dijadikan dasar untuk menafsirkan bahwa Yesus menjalani profesi sebagai tukang kayu selama periode ini, dan sepertinya tidak pernah menerima pendidikan formal sebagai imam.


Masyarakat Yahudi saat itu lebih mengenal Yesus sebagai tukang kayu ketimbang Rabi. Walau masyarakat terkagum-kagum dengan pengetahuan dan perkataan Yesus, mereka sepertinya tidak pernah notice Yesus sebagai alumnus sekolah imam.


Panggilan Rabi kepadaNya sepertinya lebih karena didasari rasa kekaguman masyarakat atas pengetahuan Taurat-Nya (de facto) ketimbang karena status Yesus sebagai alumni sekolah imam (de jure).


Saya pribadi lebih memegang tafsir kedua ini terkait suatu pola di Alkitab; bahwa Allah suka memakai seseorang yang dipandang remeh/hina oleh manusia sebagai pilihanNya.


Yesus memilih lahir di kandang, ketimbang istana. Ia memilih para nelayan sebagai rasul, ketimbang orang-orang berpendidikan tinggi.

1 Korintus 1:27-29 - Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah


Yang terlihat hina dan bodoh di mata manusia, itulah yang sering dipakai Allah.


Yesus yang lahir di kandang domba, yang besar di kota kecil Nazaret, yang berkarya sebagai tukang kayu di periode umur 20-30, dan yang tidak pernah mengenyam sekolah imam secara formal tampaknya lebih sesuai sebagai keping-keping puzzle yang akan dipakai Allah untuk membentuk gambaran besarnya.


Tafsir mana pun yang dijadikan rujukan dari kedua tafsir ini, Injil mencatat Yesus memulai pekerjaan-Nya di usia 30 tahun; diawali pembaptisan oleh Yohanes Pembaptis.


Ada dua alasan yang mungkin mendasari kenapa Yesus baru memulai pekerjaanNya di umur 30.
Pertama, menurut adat istiadat Yahudi saat itu,  seorang laki-laki baru diperbolehkan mengajar di depan umum ketika berusia 30 tahun.


Kedua, Alkitab juga memberi petunjuk bahwa usia 30 tahun menjadi usia ideal bagi orang pilihan Allah mengemban "tugas"nya.


Yusuf mulai menjadi penguasa muda Mesir saat berusia 30 tahun (Kej 41:46). Daud menjadi raja saat berusia 30 tahun (2 Samuel 5:4). Orang Yahudi yang "wajib tugas" juga ditentukan mulai usia 30 tahun hingga 50 tahun (Bilangan 4:3).


Sebagai wahyu khusus dari Allah, Alkitab diberikan kepada manusia untuk menuntun ia kepada pertobatannya supaya tidak perlu binasa.


Apa-apa yang tertulis pastilah sesuatu yang dianggap Allah bisa efektif membawa manusia pada pertobatannya. Apa-apa yang tidak tertulis, kemungkinan besar sesuatu yang dianggap Allah tidak perlu/penting untuk diwahyukan kepada manusia.


Injil tidak mencatat apa yang terjadi ketika Yesus berumur 12-30 tahun secara detail sehingga kita cuma bisa mencoba menafsirkan berdasarkan data yang ada. Karena tidak diwahyukan Allah, walau coba dikonstruksikan melalui pendekatan sosiologis dan antropologis oleh para ahli, kita harus melihat ini sebagai sebuah simulasi semata, bukan kebenaran.


Jika penting dan perlu bagi pertobatan kita, Allah pasti sudah wahyukan. Jika tidak penting dan perlu, Allah tidak akan buka rahasia itu.

Ulangan 29:29- Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini."

Seperti halnya pantun yang terdiri dari "sampiran" dan "isi", kita harus melihat tafsiran-tafsiran seperti ini bahkan tidak dianggap Allah sebagai "sampiran", apalagi "isi".


Bukankah seseorang sudah merasa perlu bertobat, bahkan sebelum ia memahami seluruh isi Alkitab? Setelah bertobat, dengan kerendahan hati barulah ia berusaha memahami isi hati Allah dengan mencoba, sedikit demi sedikit, memahami isi Alkitab.

Proses yang mungkin akan memakan waktu yang lama, bahkan hingga nafas ini berhenti.


Referensi:
http://www.sarapanpagi.org/the-lost-years-of-jesus-vt42.html

http://languages.bibleschools.com/guides/lotw/lotwsg04.htm

Selasa, 14 April 2015

FAQ no.2


T: Apakah hanya orang yang menerima Yesus yang bisa masuk surga? Jadi di luar itu, yang beragama lain pasti masuk neraka, sebaik apapun perbuatannya?
-yoXXXXXXly@yahoo.com/ 9 April 2015

Ada dua prinsip dasar yang perlu dipahami sebelum menyelidiki apakah betul Yesus satu-satunya jalan menuju keselamatan.

Prinsip pertama, bukan agama Kristen yang menyelamatkan manusia dari kebinasaan, tapi kasih karunia dari Allah. Seseorang bisa beriman bahwa Yesus adalah Mesias, semata-mata, karena kasih karunia itu.

Paulus menekankan soal peran kasih karunia ini dengan berkata:

Roma 10:9-10  Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.

Perlu dicamkan baik-baik ketika Paulus mengatakan ini dalam konteks kekristenan yang sedang dikejar-kejar dan dianiaya kekaisaran Romawi. Jadi siapapun yang terima Yesus sebagai Mesias saat itu sudah siap mati syahid. Hanya orang yang benar-benar beriman yang berani mengambil resiko seperti itu.

Konteks jaman sekarang yang paling mendekati situasi saat itu mungkin ibarat orang Kristen yang saat ini diburu ISIS di Suriah dan Irak. Orang yang diculik ISIS akan dijadikan tawanan untuk ditukar dengan uang tebusan, atau dibunuh supaya organ dalam seperti ginjalnya bisa dijual di black market.

Kedua, perlu dipahami bahwa keselamatan diberikan Allah,  bukan diraih manusia. Bukan karena seseorang itu baik, Allah menganugerahinya keselamatan. Tapi karena ia sudah menerima keselamatan, ia menjadi baik dan berusaha makin serupa dengan Kristus.

Karenanya, kekristenan memandang kontribusi perbuatan manusia dalam memperoleh keselamatannya: 0%, sementara kedaulatan Allah dalam memilih siapa yang akan diselamatkan: 100%.

Siapa yang dipilih dan kenapa seseorang dipilih adalah misteri Ilahi; benar-benar berada di bawah kedaulatan Allah. 

Bukan karena saya memilih percaya, maka saya diselamatkan. Apa karena saya memilih percaya, Tuhan tidak berdaulat untuk menolak? Sebaliknya, kalau saya memilih tidak percaya, apakah Tuhan tidak berdaya menganugerahi saya keselamatan? Kontribusi manusia terhadap keselamatannya karena itu dianggap nihil.

Setelah memahami kedua prinsip di atas, kita akan membahas apa yang dimaksud "pewahyuan dari Allah."

Pewahyuan berarti Allah Tritunggal sendiri yang berinisiatif mau membongkar (reveal) identitasNya kepada manusia. Ia sendiri yang mau memperkenalkan diriNya sehingga manusia bisa memiliki relasi denganNya.

Pewahyuan terbagi dua yaitu wahyu umum dan wahyu khusus.

Di luar diri manusia, wahyu umum dinyatakan melalui penciptaan alam semesta yang begitu agung dan kompleks. Besarnya bumi dibandingkan alam semesta, bagaikan seekor semut yang ditaruh di Benua Australia. Apalagi jika engkau yang dibandingkan dengan alam semesta?


Di dalam diri manusia, wahyu umum dinyatakan melalui hati nurani. Untuk dosa apapun, walau tidak ada seorang pun yang tahu, selalu ada 2 orang yang tahu; dirimu dan Allah. Hati nurani akan mengingatkanmu, melarangmu, dan menghakimimu.

Namun hati nurani biasanya sudah terdistorsi oleh dogma agama, sehingga objektivitasnya juga ikut terdistorsi.

Orang Aceh ketika tidak sengaja memakan daging babi akan dihakimi oleh hati nuraninya, dan mungkin langsung berdoa, "Ya Allah, maafkan kekhilafan hambaMu." Untuk daging yang sama, orang Manado malah mungkin berdoa, "Ya Allah, terima kasih untuk kebaikanMu."

Melalui wahyu umum, manusia menjadi aware Allah itu ada. Walaupun begitu, awareness tidak cukup untuk menyelamatkan manusia dari kebinasaan.

Untuk itu, maka wahyu khusus diberikan Allah dalam dua bentuk: Firman yang menjadi tulisan dan Firman yang berinkarnasi menjadi manusia.

Baik untuk sebuah kesaksian maupun pewahyuan, Allah selalu menyatakannya kepada lebih dari 1 orang. Prinsip ini penting diterapkan untuk mencegah seseorang merasa eksklusif, atau memanipulasi pesan Allah untuk kepentingan pribadinya.

Karena itu, wahyu khusus diturunkan melalui 40 orang dengan latar belakang yang berbeda-beda, dalam kurun waktu sekitar 2000 tahun, melalui 66 kitab. Melalui proses yang panjang, teliti, dan berhati-hati, kumpulan kitab-kitab ini diuji, divalidasi, dan disusun menjadi satu buku; yang sekarang disebut Al-Kitab, bahasa Arab yang berarti "buku itu."

Tentang kejahatan dan kelemahan manusia, semua diceritakan dengan gamblang apa adanya di Al-Kitab.
Abraham menghamili hamba istrinya, Hagar si orang Mesir, karena tidak sabar menanti janji Tuhan. Musa membunuh dan melarikan diri dari Mesir. Daud menghamili istri Uria, kemudian menempatkannya di barisan depan dalam pertempuran paling hebat supaya ia terbunuh, sehingga bisa memperistri jandanya.

Tanpa pencitraan, tanpa basa basi; itulah corak utama gaya penulisan Al-Kitab.

Tidak ada nabi atau rasul yang dipuji-puji dan dipuja-puja dalam kekristenan, sebab tidak ada yang tercatat layak dan tak bercacat di hadapan Allah. Karena itu, Firman perlu berinkarnasi supaya manusia punya role model yang ideal atas apa-apa yang tertulis di Al-Kitab.

Plato bertanya, adakah keabsolutan di tengah-tengah relativisme? Adakah kepastian di tengah-tengah ketidakpastian?

Yesus Kristus-lah jawaban atas pertanyaan Plato itu. Yesus adalah Allah yang berinkarnasi, karena itu Ia bisa mengatakan hal-hal penuh otoritas yang tidak mungkin diucapkan siapa pun.

Yoh 14:6 Akulah jalan, kebenaran, dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

Dengan statement itu, jika Yesus tidak diutus oleh Allah, tidakkah Ia akan menjadi orang yang paling dilaknat oleh Allah? Jika Ia bukan Allah Putera, bukankah Ia adalah penipu terbesar sepanjang masa?

Jika Yesus bukan Tuhan, pastilah ia gila. Jika ia tidak gila, ia pasti penipu. Jika ia bukan penipu, ia pasti orang yang congkak. 

Setelah melalui penyelidikan yang panjang dan seksama atas statement ini, C.S Lewis, penulis kisah fiksi Narnia yang tadinya juga seorang atheis mengambil kesimpulan:  Jika Yesus bukan Tuhan, siapakah Dia?"

Jika kita tidak punya alternatif jawaban lain, maka cuma satu jawaban yang mungkin dan masuk akal: Ia memang adalah Allah.

Jika yang engkau yakini adalah kemutlakan, maka tidak ada lagi yang bisa digoyahkan. Dalam kemutlakan, tidak perlu ada proses dan reformasi lagi, seperti halnya 1+1 = 2. Sampai kapan pun, 1+1 = 2.

Dalam sejarah peradaban manusia, hanya Yesus yang berani mengatakan hal-hal yang mutlak seperti,
"Tidak ada seorang pun yang datang kepada Allah (Bapa), kalau tidak melalui Aku.”

Para pendiri agama lain tidak ada yang berani mengatakan kalimat-kalimat semutlak ini. Karena sesuci-sucinya manusia, paling-paling ia hanya bisa berkata, “Berbuatlah sebaik-baiknya supaya engkau mendapat tempat di sisiNya. Jangan lupa doakan saya, supaya saya juga diterima di sisiNya."

Karena para pendiri agama adalah orang yang bermoral dan religius, mereka tentunya bukan figur yang sanggup menipu umatnya. Mereka tahu diri dengan tidak mengatakan kalimat-kalimat mutlak seperti yang diucapkan Yesus; simply karena mereka sepenuhnya menyadari memang tidak bisa menyediakan kemutlakan itu.

Para pendiri agama seperti Ahmadiyah, Bahai, maupun Zoroaster membawa serta agama yang didirikannya mati bersama-sama penguburannya. Tapi tidak dengan Yesus. Kekristenan justru baru lahir, setelah kubur tidak berkuasa atasNya.

Seorang filsuf Perancis, Voltaire, berkata, “Biarlah Yesus yang mendirikan agama-Nya bersama dengan dua belas orang Galilea menegakkan kekristenan; dan biarlah saya, seorang diri, orang Perancis, menghancurkan mereka semua.”

Nietzche, filsuf Jerman, juga mengeluarkan pernyataan yang tidak kalah menantang: “Yesus mengatakan banyak hal yang tidak mungkin dijalankan, dan sayangnya Dia mati begitu dini tanpa sempat menyesali apa yang pernah Dia katakan.”

Walau sudah dihina, ditindas, dan dianiaya selama 2000 tahun terakhir, kenyataannya kekristenan tetap eksis dan teguh berdiri sampai hari ini.

Apa cara terefektif membuktikan kekristenan adalah dongeng? Cukup dengan menemukan tulang belulang Yesus, bahkan serpihan terkecil sekalipun. Sudah hampir 2000 tahun berlalu, namun belum ada arkeolog yang bisa menemukannya. 

Ia disalib, mati, dikubur, dan kemudian bangkit dari kematianNya di hari ke-3 untuk memberi satu pesan utama kepada dunia: ia memang Allah.

Karena itu, menjadi kemutlakan untuk dipahami bahwa Yesus adalah Tuhan yang hidup; yang telah menaklukkan kubur. Karena Ia telah menaklukkan ketidakmungkinan, maka semua menjadi mungkin di dalamNya.

Adakah orang-orang yang dipilih untuk diselamatkan di luar Kristus? Tidak ada.

Adakah orang-orang yang dipilih untuk diselamatkan yang tidak beragama Kristen saat ini? Ada. 

Adakah mereka yang tidak terpilih untuk diselamatkan, namun setiap minggu datang ke gereja dan menyebut dirinya Kristen? Banyak.

Bukan karena rajin datang ke gereja, rajin pelayanan, rajin memberitakan Injil, ataupun rajin menyumbang untuk gereja yang membuat seseorang dipilih Allah untuk diselamatkan. Tapi justru karena seseorang sudah dipilih, ditebus, dan dikuduskan yang membuat ia rajin melakukan itu semua; karena rasa terima kasih dan tahu diri menyadari ketidakpantasannya menerima kasih karunia ini.

Teguran Yesus kepada jemaat di Laodikia bisa memberi gambaran:

Wahyu 3:15-16  Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! 
Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.

Maka beruntunglah mereka yang terpilih, karena sampai menjelang kematiannya pun Allah sabar menanti untuk menganugerahinya keselamatan.

Lihat saja penjahat satunya lagi yang disalibkan bersama-sama Yesus, yang begitu beruntung, boleh mendengar langsung Yesus berkata, "Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (Luk 23:43)

Si penjahat itu tidak dibaptis, tidak beragama Kristen, tidak sempat berbuat baik, namun tetap diselamatkan.


Referensi:
http://www.buletinpillar.org/transkrip/dilahirkan-dari-tuhan-atau-dari-dunia-bagian-http://www.buletinpillar.org/transkrip/dilahirkan-dari-tuhan-atau-dari-dunia-bagian-http://www.buletinpillar.org/transkrip/kesaksian-kaum-pilihan-dan-pemeliharaan-tuhan
http://www.buletinpillar.org/transkrip/sepuluh-hukum-hukum-pertama-bagian-1
http://www.buletinpillar.org/transkrip/the-word-part-3
http://www.buletinpillar.org/transkrip/the-word-part-4
http://www.buletinpillar.org/transkrip/nikodemus-menemui-yesus-yohanes-3-1-15#hal-2
http://www.buletinpillar.org/transkrip/nikodemus-menemui-yesus-bagian-3#hal-4
http://www.buletinpillar.org/transkrip/nikodemus-menemui-yesus-bagian-13#hal-2
http://www.buletinpillar.org/transkrip/nikodemus-menemui-yesus-bagian-14#hal-3
https://www.youtube.com/watch?v=J_m_WPlyNmg
https://www.youtube.com/watch?v=-smhLwmtOo8
https://www.youtube.com/watch?v=vh3xCGUQwkM
https://www.youtube.com/watch?v=5bXPeVYIzmQ
https://www.youtube.com/watch?v=8EN1Xk4fgr0
https://www.youtube.com/watch?v=bhhlk1Jxmis
https://www.youtube.com/watch?v=VCCqsaWyEmY
https://www.youtube.com/watch?v=ngcjj7Ii2nc
https://www.youtube.com/watch?v=Q9zNC4Tz5WI
https://www.youtube.com/watch?v=RM4uOyjtPPo
https://www.youtube.com/watch?v=lTT00FV_GsY
https://www.youtube.com/watch?v=sy6qRKZ6Egs
https://www.youtube.com/watch?v=Xhh5FnZtScM
https://www.youtube.com/watch?v=qtdpIQTpzy0
https://www.youtube.com/watch?v=O6m2RVXwUWQ
https://www.youtube.com/watch?v=wSX6B6qoszY
http://news.detik.com/read/2015/02/19/181459/2837642/1148/pbb-selidiki-dugaan-isis-kumpulkan-dan-jual-organ-dalam-korbannya
http://news.detik.com/read/2015/02/16/114816/2834088/1148/presiden-mesir-marah-besar-atas-pemenggalan-21-warganya-oleh-isis
http://news.detik.com/read/2015/03/02/095041/2846470/1148/uang-tebusan-dibayar-19-warga-kristen-suriah-dibebaskan-isis

Minggu, 12 April 2015

FAQ no. 1

T: Karena Yesus mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia, berarti yang terima Yesus sebagai Mesias sudah free dari dosa dan pasti masuk surga? Tapi manusia sampai sekarang masih terus berbuat dosa, dari dosa kecil sampai besar. Apakah ia akan masuk neraka walau sudah ditebus?
-yoXXXXXXly@yahoo.com/ 9 April 2015


Pertama-tama, yang perlu dipahami lebih mendalam adalah: manusia mana yang ditebus Yesus; semua yang pernah dilahirkan?


John Calvin menjelaskannya secara utuh melalui konsep predestinasi. Ia menyimpulkan bahwa tidak semua orang dipilih Allah untuk diselamatkan. Karenanya, Yesus, sebagai Allah Anak, hanya mati di kayu salib untuk menebus dosa orang-orang pilihan Allah Bapa.


Beberapa ayat yang secara tersurat menunjukkan adanya konsep pemilihan antara lain:
 
Matius 22:14 - Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."


Yohanes 15:16 - Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu...


Roma 8:29 - Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.


Efesus 1:4 - Sebab di dalam Dia, Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.


Dari 7 milyar umat manusia saat ini, adalah fakta kalau tidak semua akan ke surga. Hanya mereka yang dipilih Allah Bapa, ditebus Allah Anak, dan dikuduskan Allah Roh Kudus, yang akan menjadi milik Allah; hadiah Allah Bapa kepada Allah Anak.


Dalam Perjanjian Lama, Allah memilih bangsa Israel sebagai umat pilihanNya. Dalam Perjanjian Baru, Allah Bapa pun memilih orang-orang tertentu sebagai hadiah bagi Allah Anak untuk kelak memerintah bumi bersama-samaNya.


Wahyu 17:14 - Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia."


Hadiah (karunia) terindah Allah Bapa kepada umat manusia adalah Yesus Kristus. Karena melalui penebusan yang dikerjakan Yesus, hubungan yang rusak antara Allah Bapa dengan manusia bisa dipulihkan kembali.


Semua manusia yang tadinya harus binasa, tidak perlu lagi harus binasa karena karya Allah Anak ini.


Sejak Adam berdosa, manusia yang tadinya diciptakan untuk hidup dalam kekekalan bersama Allah di Firdaus, sekarang menjadi harus binasa. Yang tadinya "tidak bisa mati" menjadi "bisa mati."


Karena pelanggaran itu, semua yang lahir dari dunia karenanya pasti akan berakhir dalam kebinasaan.


Yang dibiarkan Allah Bapa sebagai "milik Dunia"  hanya lahir sekali, namun kelak harus mati dua kali. Ia dilahirkan dari dunia, besar di dunia, mati di dunia dan binasa bersama dunia.


Yang dipilih sebagai "milik Kristus" perlu lahir dua kali, namun kelak cukup mati sekali. Ia dilahirkan dari dunia, besar di dunia, dilahirkan kembali dari Surga, dibiarkan tetap di dunia untuk berkarya, mati di dunia, namun tidak perlu binasa bersama dunia.


Mereka yang sudah dipilih untuk diselamatkan akan menerima hadiah terindah Allah Anak (Yesus) kepada umat manusia yaitu Roh Kudus.


Melalui Roh Kudus, orang-orang pilihan Allah ini kemudian akan disucikan, dikuduskan, dan di-empowered untuk ikut terlibat dalam Amanat Agung dari Allah, yaitu melakukan penginjilan sampai ke ujung bumi hingga datangnya Yesus yang kedua kalinya ke dunia ini. Orang-orang pilihan Allah  ini akan bersekutu bersama-sama dalam satu komunitas yang disebut Gereja.


Yang dimaksud "Gereja" sama sekali bukan  mengenai "gedung gereja"nya tapi berfokus pada ada tidaknya persekutuan orang-orang pilihanNya. Banyak gereja mewah yang bukan Gereja, karena mereka tidak mengajarkan kebenaran dari Kristus.


Fisik gedungnya boleh saja mewah, tapi jika tidak ada Kristus di dalamnya maka Roh Kudus tidak mungkin ada di sana. Karena hadiah terbaik Allah Roh Kudus kepada umat manusia adalah Gereja itu sendiri.


Pertanyaan apakah "manusia sudah free dari dosa dan pasti masuk surga" terkait erat dengan pemahaman konsep predestinasi ini. Sebelum memahami konsep predestinasi ini dengan baik,  seseorang tidak akan memahami karya penebusan secara utuh.


Seseorang yang sudah dipilih Allah Bapa, ditebus Allah Anak, dan dikuduskan Allah Roh Kudus sudah jelas pasti masuk surga.


Allah akan mengampuni dosa masa lalu sebelum pertobatannya. Ia disucikan bagaikan bayi yang terlahir kembali; hanya kali ini bukan terlahir dari rahim ibunya, namun dari Roh di surga. Sementara manusia lamanya, dianggap sudah mati di hadapan Allah.


2 Korintus 5:17 - Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.


Tapi apakah ia masih bisa berdosa setelah kelahirannya yang kedua? Ya, karena ia masih terbuat dari daging, dan daging lemah terhadap godaan Iblis.


Bedanya mereka yang terpilih dengan mereka yang tidak: makin hari mereka makin bisa membedakan mana yang baik, berkenan, dan sempurna di mata Tuhan.


Ia masih bisa jatuh dalam dosa, namun tidak lagi hidup di dalam dosa. Ada suara di hatinya yang akan mencegahnya menjatuhkan diri. Apalagi, ada beda yang signifikan antara "terjatuh" dan "menjatuhkan diri."


Jika ia sampai terjatuh, kasih karunia tersedia baginya untuk meminta pengampunan Allah, supaya tidak  kehilangan keselamatannya.


Roma 5:10 - Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!


1 Yohanes 1:9 - Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.


Akan tetapi, Paulus mengingatkan untuk tidak menyalahgunakan kelimpahan kasih karunia ini sebagai licence to commit sins. Dalam Roma 6:1-23, Paulus menjelaskannya dengan gamblang.


Kekristenan tidak mengenal dosa kecil atau besar. Semua dosa sama jahat dan bobotnya di hadapan Allah. Berbohong dan membunuh sama jahatnya di mata Allah. Berpikir cabul dan berbuat cabul sama bobot dosanya di mata Allah. 

Karena semua manusia berdosa, maka tidak ada seorang pun yang layak diselamatkan. Untuk itulah, Yesus harus berinkarnasi supaya bisa menebus dosa manusia melalui karya salibNya. Mau tidak mau; karena hanya yang suci yang bisa menebus yang berdosa. 

Hanya Yesus satu-satunya yang layak mewakili manusia menghadap Allah Bapa. Sementara di hadapan manusia, Ia juga satu-satunya yang layak mewakili Allah Bapa.